Informasi Untuk Umum_ “Dalam tawuran, kita
tidak peduli berapa korban yang terluka atau yang terbunuh, yang penting saat
itu bagaimana menyelamatkan diri dan teman-teman,” tambahnya. Ilmanul dihukum
dua tahun penjara, sedangkan dua orang temannya masing-masing dihukum tiga
tahun dan 2,5 tahun penjara.
“Waktu itu memang kami bersalah,
menggesek-gesekan samurai di depan mereka,” kata Ilmanul. Yopi, anggota GBR,
mengisahkan tragedi paling mengerikan dalam hidupnya pada tahun 1998, ketika
terjadi perang besar-besaran antara GBR dengan XTC yang melibatkan ratusan
anggota geng motor di kawasan Dago. Lima orang meninggal dalam tragedi itu.
Mereka mengenangnya dalam ungkapan “Dago
Menangis.” Yopi lulusan Universitas Pasundan Bandung tengah mendirikan lembaga
konsultan dalam bidang pangan. Ia memutuskan untuk tidak lagi ikut dalam
kegiatan geng motor.“
Teman saya banyak yang meninggal, akibat
tawuran dan OD (Over Dosis-red),”ungkapnya. Wendy Prananda, juga anggota GBR,
menyaksikan temannya sendiri kehilangan salah satu telinganya akibat dipotong
lawan tawurannya.
Tapi peristiwa-peristiwa itu tidak menjadi
alasan untuk jera. Wendy menyukai dunia broadcast. Ia menjadi juru kamera di
salah satu televisi lokal di Bandung. “Kami seperti keluarga, meski saya sudah
jarang gabung, tapi soal kesetiakawanan gak pernah luntur,” kata Wendy ketika
saya menemuinya di kantornya.
Tahun itu seolah menjadi titik klimaks aksi
brutal mereka. Pertemuan antar geng sering jadi saat yang paling rawan gesekan.
Nyawa berguguran dan melahirkan dendam tak berujung. Samurai, jenis golok
berukuran panjang yang biasa digunakan oleh kelompok Ninja di Jepang, menjadi
senjata khas mereka.
Belum ada tanggapan untuk " KISAH BENTROKNYA GENG MOTOR GBR VS XTC"
Posting Komentar