Informasiuntukumum
- Ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan para peritel dalam melakukan
display, yang seharusnya mengacu pada “logika”konsumen. Logika konsumen dapat
dikatakan sebagai segala sesuatu yang meliputi cara berpikir,
kebiasaan
atau kecenderungan psikologis konsumen yang mempengaruhi perilaku mereka saat
berbelanja dan berada di dalam toko.
Sebagai
contoh, kebanyakan konsumen yang memiliki kebiasaan belanja secara bulanan
biasanya sudah mengetahui secara persis barang-barang apa saja yang harus
mereka beli pada saat berbelanja. Saat berada di dalam toko, konsumen seperti
ini akan memulai “perburuan” mencari barang-barang yang ia butuhkan dengan
berjalan dari lorong ke lorong secara teratur.
Jika
pada saat itu merekamembutuhkan barang-barang untuk keperluan mandi dan cuci
(toiletries) hampir dapat dipastikan mereka akan menyelesaikan perburuan atas
barang-barang tersebut terlebih dahulu baru kemudian beralih untuk mencari
barang-barang keperluan lainnya,
sangat
jarang terjadi seorang konsumen melakukan perburuannya secara acak kecuali si
konsumen memang tidak mengidentifikasikan terlebih dahulu barang-barang apa
saja yang ia butuhkan.biasanya konsumen seperti ini tidak memiliki kebiasaan
belanja bulanan.
Berdasarkan
kecenderungan di atas, para peritel dapat menyiasati displaynya tidak hanya
dengan mengatur penempatan barang berdasarkan grouping (pengelompokan barang)
melainkan juga memajangnya secara runtut (berurut).
Untuk
contoh kasus, display produk-produk toiletries, peritel dapat melakukannya
dengan mulai memajang produk-produk pasta gigi pada rak/gondola pertama.
Kemudian produk-produk sabun mandi pada rak kedua di sebelahnya.
Dilanjutkan
lagi dengan memajang produk-produk perawatan rambut atau sampo pada rak ketiga
dan seterusnya,begitu juga saat mendisplay produk-produk konsumsi seperti mi
instant.
Jika
mengacu pada logika konsumen, peritel sebaiknya memajang produk mi instantnya
berdekatan dengan saos, sambal atau kecap,
hal
ini dikaitkan dengan kecenderungan konsumen saat mengkonsumsi mi instant yang
biasanya dilengkapi dengan saos, sambal dan kecap,saat memajang produk-produk
kategori breakfast (sarapan pagi) seperti roti, selai, keju dan sereal,
para
peritel pun dapat memajang produk-produk tersebut dalam satu rak atau paling
tidak berdekatan satu sama lain,kemudian tempatkan pula produk-produk seperti
gula, teh, kopi termasuk SKM (susu kental manis) pada rak-rak tersebut karena
produk-produk ini biasanya juga dikonsumsi oleh konsumen pada saat sarapan pagi.
Masih
banyak contoh-contoh siasat lain yang dapat diterapkan para peritel sehubungan
dengan bagaimana beradaptasi dengankecenderungan-kecenderungan konsumen
ini,contoh lagi, apa yang selama ini dikenal dengan istilah “customer eye
level” atau level pandangan mata konsumen.
Level
pandangan mata konsumen (pengunjung) saat berada di depan rak display biasanya
tertuju pada salah satu shelve (daun rak) yang berada pada tingkat tertentu,
basanya shelve yang tingginya antara pinggang dan dada pengunjung,
tak
heran jika banyak peritel yang jeli menyiasatinya dengan memajang barangbarang
bermargin gemuk (high profit) pada shelve tersebut.
Display
yang mengacu dengan logika-logika konsumen tidak hanya melahirkan nilai tambah
(kemudahan) yang dirasakan langsung oleh konsumen atau pengunjung toko tetapi
juga membantu para peritel dalam hal pengaturan display secara keseluruhan,
misal, dalam mensiasati display produk-produk impulse agar lebih efektif.
Belum ada tanggapan untuk "Faktor Terpenting Dalam Melakukan Display"
Posting Komentar