Dalam
rancangannya, Soedarsono mengemukakan landasan pemikiran yang mengakomodasi
keinginan panitia. Landasan pemikiran itu meliputi kriteria Nasional.
Soedarsono mengambil beberapa unsur saat Proklamasi Kemerdekaan RI yang
mewujudkan revolusi nasional sedapat mungkin menerapkannya pada dimensi
arsitekturnya yaitu angka 17, 8, dan 45 sebagai angka keramat Hari Proklamasi.
Bentuk
tugu yang menjulang tinggi mengandung falsafah “Lingga dan Yoni” yang
menyerupai “Alu”sebagai “Lingga” dan bentuk wadah (cawan-red) berupa ruangan
menyerupai “Lumpang” sebagai “Yoni”.
Alu
dan Lumpang adalah dua alat penting yang dimiliki setiap keluarga di Indonesia
khususnya rakyat pedesaan. Lingga dan Yoni adalah simbol dari jaman dahulu yang
menggambarkan kehidupan abadi, adalah unsur positif (lingga) dan unsur negatif
(yoni) seperti adanya siang dan malam, laki-laki dan perempuan, baik dan buruk,
merupakan keabadian dunia.
Bentuk
seluruh garis-garis arsitektur tugu ini mewujudkan garis-garis yang bergerak
tidak monoton merata, naik melengkung, melompat, merata lagi, dan naik
menjulang tinggi, akhirnya menggelombang di atas bentuk lidah api yang menyala.
Badan tugu menjulang tinggi dengan lidah api di puncaknya melambangkan dan
menggambarkan semangat yang berkobar dan tak kunjung padam di dalam dada bangsa
Indonesia.
Belum ada tanggapan untuk "Landasan Bentuk dan Arti Dari Simbol Tugu Monanumen Nasional"
Posting Komentar