Meskipun
panas dan sinar UV sangat efektif untuk proses sanitasi, hingga kini industri
makanan masih sangat bergantung pada desinfektan kimiawi.
Desinfektan
tersebut akan membasmi sebagian besar mikroba, meskipun tidak 100%. Yang
penting adalah karyawan wajib mempertimbangkan bahwa spora mikroba bisa bertahan
terhadap desinfektan.
Jadi
permukaan yang sudah diberi desinfektan adalah tidak seteril. Sesudah sanitasi,
jumlah mikroba berkurang banyak, tapi tidak steril, karena steril berarti tidak
ada mikroba.
Dalam
peraturan GMP mempersyaratkan penggunaan zat kimia yang cukup dalam dosis yang
dianggap aman.
Sangat
penting untuk mengikuti petunjuk penggunaannya dari pabrik pembuatnya. Efektivitas
dari desinfektan tergantung pada jenis dan konsentrasinya, lama kontak, suhu
dan pH.
Sangat
tidak berguna untuk melakukan desinfeksi suatu permukaan alat yang kotor, karena
desinfektan menjadi tidak efektif. Desinfektan yang lazim digunakan adalah
klorin, jod dan amonium quarterner. Desinfektan tersebut biasanya dilarutkan
dalam air.
Sanitaiser
kimia umumnya dikelompokkan berdasarkan senyawa kimia yang mematikan
mikroorganime yaitu (1) senyawa-senyawa pelepas khlorin, (2) quaternary
ammonium compounds, (3)
iodophor
dan (4) senyawa amfoterik.
Belum ada tanggapan untuk "Fungsi, Keunggulan dan Contoh Dari Sanitaiser Kimia "
Posting Komentar