Informasiuntukumum
- Media Grafis pertama, mencoba penyadaran propa-ganda Belanda agar bangsa
Indonesia tidak dikuasai oleh Jepang.
Jepang
mempunyai beberapa cara untuk mendapatkan bangsa Indonesia sebagaimana
digambarkan “seekor cumi-cumi yang mempunyai beberapa kor”. Iklan kedua Belanda
mencoba merebut hati bangsa Indonesia untuk masuk menjadi angkatan laut.
Jaman
kemerdekaan, merupakan jaman kemandirian dalam membuat Grafis untuk mengusir
Belanda. Karya Grafis sangat membantu pemerintah dalam membangkitkan semangat
para pejuang, maupun dalam melawan propaganda Belanda yang relatif maju.
Perbedaan
visi politik dan strategi yang digunakan oleh kekuatan-kekuatan revolusi dalam
menghadapi
Belanda
telah mempengaruhi seniman grafis dalam menghasilkan karyanya.
Kebijakan
resmi propaganda dari pemerintah tidak ada, sehingga para seniman grafis bebas
menentukan sendiri bentuk maupun propaganda.
Pemerintah
menyediakan dana dan fasilitas bagi seniman grafis untuk berkarya, yang
kebanyakan mendokumentasi kejadian/peristiwa pertempuran dengan membuat sketsa,
cetak lubang, dan cetak saring.
Semaraknya
karya Grafis yang disebar ke berbagai penjuru membuat gusarnya pihak Belanda
untuk membuat karya Grafis tandingan. Karya yang dibuat dengan goresan tangan
para seniman grafis merupakan luapan emosional pada waktu itu.
Masmedia
Fikiran Ra’yat membuat karya Grafis: Moesoeh tidak mengamoek?, Boeat keseriboe
kalinja
Boeng
Karno berteriak: “Kaoem Marhaen bersatoelah !”.
Karya
yang dibuat dengan cetak lubang, yaitu dengan cara melubangi kertas lalu
disemprot dengan cat. Karya bergaya ini sangat dominan diwaktu itu. Salah satu
contoh karya Grafis berupa poster “Kanti Legolilo, ra’jat njumbangke barang
darbeke”.
Poster
tandingan dari pihak Belanda dengan tampilan halus yang dibuat dengan cetak
saring, seperti karya Grafis “Keluarga, kampung dan halaman saudara jang
binasa, karena kelalaian saudara jang membabi-buta !”.
Belum ada tanggapan untuk "Sejarah Media Grafis Pertama Jepang dan Belanda Diindonesia"
Posting Komentar