Cerita
ini dimulai dari Sangkuriang yang pergi meninggalkan ibunya karena kepalanya
dipukul dengan centong (alat penyendok nasi). Ia pergi ke arah timur dengan
harapan tiada akan jumpa lagi dengan ibunya.
Dalam
mengembara itu, Sangkuriang berguru kepada siapa saja yang dianggapnya sakti.
Akhirnya, Sangkuriang menjadi seorang pemuda perkasa. Setelah lama berkelana
tanpa disadarinya Sangkuriang telah sampai di tempat semula. Ia bertemu dengan
seorang wanita muda cantik. Sangkuriang jatuh cinta dan ternyata wanita
tersebut tidak bertepuk sebelah tangan.
Pada
suatu hari, ketika mereka berdua sedang santai dengan tidak disengaja wanita
tersebut (Dayang sumbi) melihat bekas luka di kepala. Ketika ditanya
Sangkuriang menjawab bahwa itu bekas luka karena dipukul ibunya dengan centong.
Dayang
Sumbi menjadi yakin bahwa pemuda itu tiada lain adalah anak kandungnya sendiri.
Dayang Sumbi berniat menolak Sangkuriang, tetapi tidak berani. Sebaliknya,
menerima pun ia takut.
Untuk
menolak secara halus Dayang Sumbi minta dibuatkan sebuah telaga lengkap dengan
perahu dalam semalam. Sangkuriang mengerahkan para siluman membantunya.
Menjelang fajar telaga dan perahunya hampir selesai.
Dayang
Sumbi takut. Ia menumbuk padi dan menyalakan banyak obor sehingga ayam jantan
pada berkokok. Sangkuriang mengira fajar menyingsing dan Sangkuriang kesal.
Perahu yang hampir jadi ditendang jatuh tengkurap serta menimbulkan gelombang
besar.
Telaga
jebol. Perahu menjadi bukit yang oleh orang-orang sekitarnya diberi nama Gunung
Tangkuban perahu.
Belum ada tanggapan untuk "Cerita Gunung Tangkuban Perahu "
Posting Komentar