Informasiuntukumum
- Tokoh-tokoh yang memelopori gerakan pembaharuan dunia Islam, antara lain:
· Muhammad bin Abdul
Wahab,
· Syah Waliyullah,
· Muhammad Ali Pasya,
· Al-Tahtawi,
· Jamaludin Al-Afghani,
· Muhammad Abduh,
· Rasyid Rida,
· Sayyid Ahmad Khan,
dan
· Sultan Mahmud II.
1. Muhammad bin Abdul
Wahab
Informasiuntukumum
- Di Arabia timbul suatu aliran Wahabiyah, yang mempunyai pengaruh pada
pemikiran pembaharuan di abad ke-19. Pencetusnya ialah Muhammad bin Abdul Wahab
(1703-1787) yang lahir di Uyainah, Nejd, Arab Saudi.
Setelah
menyelesaikan pelajarannya di Madinah ia pergi merantau ke Basrah dan tinggal
di kota ini selama empat tahun. Selanjutnya ia pindah ke Bagdad dan di sini ia
menikah dengan seorang wanita kaya.
Lima
tahun kemudian, setelah istrinya meninggal dunia, ia pindah ke Kurdistan,
selanjutnya ke Hamdan, dan ke Isfahan. Di Kota Isfahan, ia sempat mempelajari
filsafat dan tasawuf.
Setelah
bertahun-tahun merantau, ia akhirnya kembali ke tempat kelahirannya di Nejed.
Pemikiran
yang dicetuskan Muhammad bin Abd Wahab untuk memperbaiki kedudukan umat Islam
timbul bukan sebagai reaksi terhadap suasana politik seperti yang terdapat di
Kerajaan Utsmani dan Kerajaan Mughal, tetapi sebagai reaksi terhadap paham
tauhid yang terdapat di kalangan umat Islam di waktu itu.
Kemurnian
paham tauhid mereka telah dirusak oleh ajaran-ajaran tarekat yang semenjak abad
ketiga belas memang tersebar luas di dunia Islam.
Soal
tauhid memang merupakan ajaran paling dasar dalam Islam. Oleh karena itu, tidak
mengherankan kalau Muhammad bin Abd Wahhab memusatkan perhatian pada soal ini.
Ia
berpendapat seperti berikut.
a.
Yang
boleh dan harus disembah hanyalah Allah Swt., dan orang yang menyembah selain
Allah Swt. telah menjadi musyrik dan boleh dibunuh.
b.
Kebanyakan
orang Islam bukan lagi penganut paham tauhid yang sebenarnya karena mereka
meminta pertolongan bukan lagi dari Allah, tetapi dari syekh atau wali dari
kekuatan gaib. Orang Islam demikian juga telah menjadi musyrik.
c.
Menyebut
nama nabi, syekh, atau malaikat sebagai perantara dalam doa juga merupakan
syirik.
d.
Meminta
syafa’at selain dari kepada Allah Swt. adalah juga syirik.
e.
Bernazar
kepada selain dari Allah Swt. juga syirik.
f.
Memperoleh
pengetahuan selain dari al-Qur’an, hadis dan qias (analogi) merupakan
kekufuran.
g.
Tidak
percaya kepada qada dan qadar Allah Swt. juga merupakan kekufuran.
h.
Demikian
pula menafsirkan al-Qur’an dengan ta’w³l (interpretasi bebas) adalah kufur.
Pemikiran-pemikiran
Muhammad bin Abd Wahhab yang mempunyai pengaruh pada perkembangan pemikiran
pembaharuan di abad ke-19
antara
lain seperti berikut.
a.
Hanya al-Qur’an dan hadislah yang merupakan sumber asli dari ajaran-ajaran
Islam. Pendapat ulama tidak merupakan sumber.
b.
Taklid kepada ulama tidak dibenarkan.
c.
Pintu ijtihad terbuka dan tidak tertutup.
2. Syah Waliyullah
Informasiuntukumum
- Syah Waliyullah dilahirkan di Delhi pada tanggal 21 Februari 1703 M. Ia
mendapatkan pendidikan dari orang tuanya, Syah Abd Rahim, seorang sufi dan
ulama yang memiliki madrasah.
Setelah
dewasa, ia kemudian turut mengajar di madrasah itu. Selanjutnya, ia pergi naik
haji dan selama satu tahun di Hejaz ia sempat belajar pada ulama-ulama yang ada
di Mekkah dan Madinah. Ia kembali ke Delhi pada tahun 1732 dan meneruskan
pekerjaannya yang lama sebagai guru.
Di
samping itu, ia gemar menulis buku dan banyak meninggalkan karya-karyanya, di
antaranya buku Hujjatullah Al-Bal³gah dan Fuyun Al-Haramain.
Di
antara penyebab yang membawa kepada kelemahan dan kemunduran umat Islam menurut
pemikirannya adalah
sebagai
berikut.
a.
Terjadinya perubahan sistem pemerintahan Islam dari sistem kekhalifahan menjadi
sistem kerajaan.
b.
Sistem demokrasi yang ada dalam kekhalifahan diganti dengan sistem monarki
absolut.
c.
Perpecahan di kalangan umat Islam yang disebabkan oleh berbagai pertentangan
aliran dalam Islam.
d.
Adat istiadat dan ajaran bukan Islam masuk ke dalam keyakinan umat Islam.
Di
zaman Syah Waliyullah, penerjemahan al-Qur’an ke dalam bahasa asing masih
dianggap terlarang. Tetapi, ia melihat bahwa orang di India membaca al-Qur’an
dengan tidak mengerti isinya.
Pembacaan
tanpa pengertian tak besar faedahnya untuk kehidupan duniawi mereka. Ia melihat
perlu al-Qur’an diterjemahkan ke dalam bahasa yang dapat dipahami orang awam.
Bahasa
yang dipilihnya ialah bahasa Persia yang banyak dipakai di kalangan terpelajar
Islam India di ketika itu. Penerjemahan al-Qur’an ke dalam bahasa Persia
disempurnakan Syah Waliyullah di tahun 1758.
Terjemahan
itu pada mulanya mendapat tantangan, tetapi lambat laun dapat juga diterima
oleh masyarakat. Karena masyarakat telah mau menerima terjemahan, putranya
kemudian membuat terjemahan ke dalam bahasa Urdu, bahasa yang lebih umum
dipakai oleh masyarakat Islam India daripada bahasa Persia.
3. Muhammad Ali Pasya
Informasiuntukumum
- Muhammad Ali Pasya lahir di Kawala, Yunani pada tahun 1765 M adalah seorang
keturunan Turki dan meninggal di Mesir pada tahun 1849 M.
Sebagaimana
raja-raja Islam lainnya, Muhammad Ali juga mementingkan soal yang bersangkutan
dengan militer. Ia yakin bahwa kekuasaannya hanya dapat dipertahankan dan
diperbesar dengan kekuatan militer.
Di
samping itu, ia mengerti bahwa di belakang kekuatan militer mesti ada kekuatan
ekonomi yang sanggup membelanjai pembaharuan dalam bidang militer, dan
bidang-bidang yang bersangkutan dengan urusan militer.
Jadi,
ada dua hal yang penting baginya, kemajuan ekonomi dan kemajuan militer. Kedua
hal tersebut menghendaki ilmu-ilmu modern yang telah dikenal orang di Eropa.
Ide
dan gagasan Muhammad Ali Pasya yang sangat inovatif pada zamannya antar lain
bahwa, untuk mendirikan sekolah-sekolah modern dan memasukkan ilmu-ilmu modern
dan sains ke dalam kurikulum.
Sekolah-sekolah
inilah yang kemudian yang dikenal sebagai sekolah modern di Mesir pada
khususnya dan dunia Islam pada umumnya.
Saat
itu Mesir masih mempunyai sistem pendidikan tradisional, yaitu kuttab, masjid,
madrasah, dan jami’ al-Azhar. Sementara itu ia melihat jika ia memasukkan
kurikulum modern ke dalam lembaga pendidikan tradisional tersebut, sangat
sulit.
Oleh
karena itulah, ia mengambil jalan alternatif dengan cara mendirikan sekolah
modern di samping madrasah-madrasah tradisional yang telah ada pada masa itu
masih tetap berjalan
4. Al-Tahtawi
Informasiuntukumum
- Rafi’Al-Tahtawi demikian nama lengkapnya. Ia lahir pada tahun 1801 M di
Tahta, suatu kota yang terletak di Mesir bagian selatan dan meninggal di Kairo
pada tahun 1873 M.
Ketika
Muhammad Ali mengambil alih seluruh kekayaan di Mesir, harta orang tua
Al-Tahtawi termasuk dalam kekayaan yang dikuasai itu. Ia terpaksa belajar di
masa kecilnya dengan bantuan dari keluarga ibunya.
Ketika
berumur 16 tahun, ia pergi ke Kairo untuk belajar di Al-Azhar. Setelah lima
tahun menuntut ilmu, ia selesai dari studinya di Al-Azhar pada tahun 1822 M.
Beberapa
pemikirannya tentang pembaruan Islam adalah sebagai berikut.
a.
Ajaran
Islam bukan hanya mementingkan soal akhirat, tetapi juga soal hidup di dunia.
Umat Islam juga harus memperhatikan kehidupan dunia.
b.
Kekuasaan
raja yang absolut harus dibatasi oleh syariat, raja harus bermusyawarah dengan
ulama dan kaum intelektual.
c.
Syariat
harus diartikan sesuai dengan perkembangan modern.
d.
Kaumulamaharusmempelajarifilsafatdanilmupengetahuanmodernagar
syariat dapat menyesuaikan diri dengan kebutuhan masyarakat modern.
e.
Pendidikan
harus bersifat universal, misalnya wanita harus memperoleh pendidikan yang sama
dengan kaum pria. Istri harus menjadi teman dalam kehidupan intelektual dan
sosial.
f.
Umat
Islam harus dinamis dan meninggalkan sifat statis.
5. Jamaludin
Al-Afgani
Informasiuntukumum
- Jamaludin lahir di Afghanistan pada tahun 1839 dan meninggal dunia di
Istambul pada tahun 1897. Ketika baru berusia dua puluh dua tahun, ia telah
menjadi pembantu bagi Pangeran Dost Muhammad Khan di Afghanistan. Di tahun 1864
ia menjadi penasihat Sher Ali Khan.
Beberapa
tahun kemudian, ia diangkat oleh Muhammad A’zam Khan menjadi perdana menteri.
Dalam pada itu, Inggris mulai mencampuri soal politik dalam negeri Afghanistan
dan dalam pergolakan yang terjadi Al-Afgani memilih pihak yang melawan golongan
yang disokong Inggris.
Pihak
pertama kalah dan Al-Afgani merasa lebih aman meninggalkan tanah tempat
lahirnya dan pergi ke India di tahun 1869.
Beberapa
pemikiran Jamaludin Al-Afgani tentang pembaruan Islam adalah sebagai berikut.
a.
Kemunduran
umat Islam tidak disebabkan karena Islam tidak sesuai dengan perkembangan zaman
dan perubahan kondisi. Kemunduran itu disebabkan oleh berbagai faktor.
b.
Untuk
mengembalikan kejayaan pada masa lalu dan sekaligus menghadapi dunia modern,
umat Islam harus kembali kepada ajaran Islam yang murni dan Islam harus
dipahami dengan akal serta kebebasan.
c.
Corak
pemerintahan otokrasi dan absolut harus diganti dengan pemerintahan demokratis.
Kepala negara harus bermusyawarah dengan pemuka masyarakat yang berpengalaman.
d.
Tidak
ada pemisahan antara agama dan politik. Pan Islamisme atau rasa solidaritas
antarumat Islam harus dihidupkan kembali.
6. Muhammad Abduh
Informasiuntukumum
- Muhammad Abduh dilahirkan di Mesir pada tahun 1849 M. Bapaknya bernama Abduh
Hasan Khaerullah, berasal dari Turki yang telah lama tinggal di Mesir. Ibunya
berasal dari bangsa Arab yang silsilahnya meningkat sampai ke suku bangsa Umar
Ibn Al-Khattab.
Pada
tahun 1866 M, Muhammad Abduh meneruskan studinya ke Al-Azhar. Sewaktu masih
belajar di Al-Azhar, Jamaludin Al-Afghani datang ke Mesir dalam perjalanan ke
Istambul. Di sinilah Muhammad Abduh untuk pertama kalinya bertemu dengan
Jamaludin Al-Afghani. Dalam pertemuan itu, Jamaludin Al-Afghani mengajukan
pertanyaan-pertanyaan mengenai arti beberapa ayat al-Qur’an. Kemudian, ia
berikan
tafsirannya. Perjumpaan ini meninggalkan kesan yang baik dalam diri Muhammad
Abduh.
Ketika
Jamaludin Al-Afghani datang pada tahun 1871 untuk menetap di Mesir, Muhammad
Abduh menjadi muridnya yang paling setia. Ia mulai belajar falsafat di bawah
pimpinan Jamaludin Al-Afghani. Di masa ini, ia telah mulai menulis
karangan-karangan untuk harian Al-Ahram yang pada waktu itu baru saja
didirikan.
Pada
tahun 1877, studinya selesai di Al-Azhar dengan mendapat gelar Alim. Ia mulai mengajar,
pertama di Al-Azhar, kemudian di Dar Al-Ulum dan juga di rumahnya sendiri.
Di
antara buku-buku yang diajarkannya ialah buku akhlak karangan Ibn Miskawaih,
Mukaddimah Ibn Khaldun, dan sejarah Kebudayaan Eropa karangan Guizot, yang
diterjemahkan Al-Tahtawi ke dalam bahasa Arab pada tahun 1857.
Sewaktu
Jamaludin Al-Afghani diusir dari Mesir pada tahun 1879 karena dituduh
mengadakan gerakan menentang Khedewi Tawfik, Muhammad Abduh yang juga dipandang
turut campur dalam soal ini, dibuang keluar kota Kairo.
Tetapi
di tahun 1880 ia boleh kembali ke ibu kota dan kemudian diangkat menjadi
redaktur surat kabar resmi pemerintah Mesir.
Adapun
ide-ide pembaruan Muhammad Abduh yang membawa dampak positif bagi pengembangan
pemikiran Islam adalah sebagai berikut.
a.
Pembukaan
pintu ijtihad. Menurut Muhammad Abduh, ijtihad merupakan dasar penting dalam
menafsirkan kembali ajaran Islam.
b.
Penghargaan
terhadap akal. Islam adalah ajaran rasional yang sejalan dengan akal sebab
dengan akal, ilmu pengetahuan akan maju.
c.
Kekuasaan
negara harus dibatasi oleh konstitusi yang telah dibuat oleh negara yang
bersangkutan.
7. Rasyid Rida
Informasiuntukumum
- Rasyid Rida adalah murid Muhammad Abduh yang terdekat. Ia lahir pada tahun
1865 di Al-Qalamun, suatu desa di Lebanon yang letaknya tidak jauh dari Kota
Tripoli (Suria).
Menurut
keterangan, ia berasal dari keturunan Al-Husain, cucu Nabi Muhammad saw. Oleh
karena itu, ia memakai gelar Al-Sayyid di depan namanya.
Semasa
kecil, ia dimasukkan ke madrasah tradisional di al-Qalamun untuk belajar
menulis, berhitung dan membaca alQur’an. Pada tahun 1882, ia meneruskan
pelajaran di Madrasah Al-Wataniah Al-Islamiah (Sekolah Nasional Islam) di
Tripoli.
Di
Madrasah ini, selain dari bahasa Arab diajarkan pula bahasa Turki dan Perancis,
dan di samping pengetahuan-pengetahuan agama juga pengetahuan-pengetahuan
modern.
Sekolah
ini didirikan oleh Al-Syaikh Husain Al-Jisr, seorang ulama Islam yang telah
dipengaruhi oleh ide-ide modern. Di masa itu sekolah-sekolah misi Kristen telah
mulai bermunculan di Suria dan banyak menarik perhatian orang tua untuk
memasukkan anak-anak mereka belajar di sana.
Dalam
usaha menandingi daya tarik sekolah-sekolah misi inilah, maka Al-Syaikh Husain
Al-Jisr mendirikan Sekolah Nasional Islam tersebut. Karena mendapat tantangan
dari pemerintah Kerajaan Utsmani, umur sekolah itu tidak panjang.
Rasyid
Rida meneruskan pelajarannya di salah satu sekolah agama yang ada di Tripoli.
Tetapi dalam pada itu, hubungan dengan Al-Syaikh Husain Al-Jisr berjalan terus
dan guru inilah yang menjadi pembimbing baginya di masa muda.
Selanjutnya,
ia banyak dipengaruhi oleh ide-ide Jamaluddin Al-Afghani dan Muhammad Abduh
melalui majallah Al-Urwah Al-Wus.a. Ia berniat untuk menggabungkan diri dengan
Al-Afghani di Istambul, tetapi niat itu tak terwujud.
Sewaktu
Muhammad Abduh berada dalam pembuangan di Beirut, ia mendapat kesempatan baik
untuk berjumpa dan berdialog dengan murid Al-Afghani yang terdekat ini.
Perjumpaan-pèrjumpaan dan dialognya dengan Muhammad Abduh meninggalkan kesan
yang baik dalam dirinya.
Pemikiran-pemikiran
pembaharuan yang diperolehnya dari Al- Syaikh Husain Al-Jisr dan yang kemudian
diperluas lagi dengan ide-ide Al-Afghani dan Muhammad Abduh amat memengaruhi
jiwanya.
Ia
mulai mencoba menjalankan ide-ide pembaharuan itu ketika masih berada di Suria,
tetapi usaha-usahanya mendapat tantangan dari pihak Kerajaan Utsmani.
Ia
merasa terikat dan tidak bebas. Oleh karena itu, ia memutuskan pindah ke Mesir,
dekat dengan Muhammad Abduh. Pada bulan Januari 1898, ia sampai di negeri
gurunya ini.
Beberapa
bulan kemudian, ia mulài menerbitkan majalah yang termasyhur, Al-Manar. Di
dalam nomor pertama, dijelaskan bahwa tujuan Al-Manar sama dengan tujuan
Al-Urwah Al-Wus.a, antara lain
· Mengadakan pembaharuan
dalam bidang agama, sosial, dan ekonomi,
· Memberantas takhyul
dan bid’ah-bid’àh yang masuk ke dalam tubuh Islam,
· Menghilangkan paham
fatalisme yang terdapat dalam kalangan umat Islam,
· Serta paham-paham
salah yang dibawa tarekat-tarekat tasawuf,
· Meningkatkan mutu
pendidikan dan membela umat Islam terhadap permainan politik negara-negara
Barat.
Majalah
ini banyak menyiarkan ide-ide Muhammad Abduh. Guru memberikan ide-ide kepada
murid dan kemudian muridlah yang menjelaskan dan menyiarkannya kepada umum
melalui lembaran-lembaran Al-Manar.
Tetapi,
selain dari ide-ide, Al-Manar juga mengandung artikel-artikel yang dikarang
Muhammad Abduh sendiri. Demikian juga tulisan pengarang-pengarang lain.
Beberapa
pemikiran Rasyid Rida tentang pembaruan Islam adalah sebagai berikut.
a.
Sikap
aktif dan dinamis di kalangan umat Islam harus ditumbuhkan.
b.
Umat
Islam harus meninggalkan sikap dan pemikiran kaum Jabariyah.
c.
Akal
dapat dipergunakan untuk menafsirkan ayat dan hadis tanpa meninggalkan prinsip
umum.
d.
Umat
Islam menguasai sains dan teknologi jika ingin maju.
e.
Kemunduran
umat Islam disebabkan banyaknya unsur bid’ah dan khurafat yang masuk ke dalam
ajaran Islam.
f.
Kebahagiaan
dunia dan akhirat diperoleh melalui hukum yang diciptakan Allah Swt.
g.
Perlu
menghidupkan kembali sistem pemerintahan khalifah.
h.
Khalifah
adalah penguasa di seluruh dunia Islam yang mengurusi bidang agama dan politik.
i.
Khalifah
haruslah seorang mujtahid besar dengan bantuan para ulama dalam menerapkan
prinsip hukum Islam sesuai dengan tuntutan zaman.
8. Sayyid Ahmad Khan
Informasiuntukumum
- Setelah hancurnya Gerakan Mujahidin dan Kerajaan Mughal sebagai akibat dari
Pemberontakan 1857, muncullah Sayyid Ahmad Khan untuk memimpin umat Islam
India, yang telah kena pukul itu untuk dapat berdiri dan maju kembali sebagai
di masa lampau.
Ia
lahir di Delhi pada tahun 1817 dan menurut keterangan berasal dari keturunan
Husein, cucu Nabi Muhammad melalui Fatimah dan Ali. Neneknya, Sayyid Hadi,
adalah pembesar istana di zaman Alamghir II (1754.1759).
Ia
mendapat didikan tradisional dalam pengetahuan agama dan di samping bahasa
Arab, ia juga belajar bahasa Persia. Ia orang yang rajin membaca dan banyak
memperluas pengetahuan dengan membaca buku dalam berbagai bidang ilmu
pengetahuan.
Sewaktu
berusia 18 tahun, ia masuk bekerja pada Serikat India Timur. Kemudian, ia
bekerja pula sebagai hakim. Tetapi, pada tahun 1846, ia pulang kembali ke Delhi
untuk meneruskan studi.
Di
masa Pemberontakan 1857, ia banyak berusaha untuk mencegah terjadinya kekerasan
dan dengan demikian banyak menolong orang Inggris dari pembunuhan.
Pihak
Inggris menganggap ia telah banyak berjasa bagi mereka dan ingin membalas
jasanya, tetapi hadiah yang dianugerahkan Inggris kepadanya ia tolak.
Gelar
Sir yang kemudian diberikan kepadanya dapat ia terima. Hubungannya dengan pihak
Inggris menjadi baik dan ini ia pergunakan untuk kepentingan umat Islam India.
Sayyid
Ahmad Khan berpendapat bahwa peningkatan kedudukan umat Islam India dapat
diwujudkan hanya dengan bekeija sama dengan Inggris.
Inggris
telah merupakan penguasa yang terkuat di India dan menentang kekuasaan itu
tidak akan membawa kebaikan bagi umat Islam India. Hal ini akan membuat mereka
tetap mundur dan akhirnya akan jauh ketinggalan dari masyarakat Hindu India.
Pemikiran
Sayyid Ahmad Khan tentang pembaruan Islam adalah sebagai berikut.
a.
Kemunduran
umat Islam disebabkan tidak mengikuti perkembangan zaman dengan cara menguasai
sains dan teknologi.
b.
Ia
berpendirian bahwa manusia bebas berkehendak dan berbuat sesuai dengan
sunatullah yang tidak berubah. Gabungan kemampuan akal, kebebasan manusia
berkehendak dan berbuat, serta hukum alam inilah yang menjadi sumber kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi modern.
c.
Sumber
ajaran Islam hanyalah al-Qur’an dan hadis.
d.
Ia
menentang taklid dan perlu adanya ijtihad sehingga umat Islam dapat berkembang
seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.
e.
Ia
berpendapat satu-satunya cara untuk mengubah pola pikir umat Islam dari
keterbelakangan adalah pendidikan.
9. Sultan Mahmud II
Informasiuntukumum
- Pembaharuan di Kerajaan Utsmani abad ke19, sama halnya dengan pembaharuan di
Mesir, juga dipelopori oleh Raja.
Kalau
di Mesir Muhammad Ali Pasyalah raja yang memelopori pembaharuan, di Kerajaan
Utsmani, raja yang menjadi pelopor pembaharuan adalah Sultan Mahmud II.
Mahmud
lahir pada tahun 1785 dan mempunyai didikan tradisional, antara lain
pengetahuan agama, pengetahuan pemerintahan, sejarah dan sastra Arab, Turki dan
Persia. Ia diangkat menjadi Sultan pada tahun 1807 dan meninggal pada tahun
1839.
Di
bagian pertama dari masa kesultanannya, ia disibukkan oleh peperangan dengan
Rusia dan usaha menundukkan daerah-daerah yang mempunyai kekuasaan otonomi
besar.
Peperangan
dengan Rusia selesai pada tahun 1812 dan kekuasaan otonomi daerah akhirnya
dapat ia perkecil kecuali kekuasaan Muhammad Ali Pasya di Mesir dan satu daerah
otonomi lain di Eropa.
Setelah
kekuasaannya sebagai pusat pemerintahan Kerajaan Utsmani bertambah kuat, Sultan
Mahmud II melihat bahwa telah tiba masanya untuk memulai usaha-usaha
pembaharuan yang telah lama ada dalam pemikirannya.
Sebagaimana
sultan-sultan lain, hal pertama yang menarik perhatiannya ialah pembaharuan di
bidang militer.
Sultan
Mahmud II banyak melakukan gerakan pembaruan dalam dunia Islam, yaitu sebagai
berikut.
a.
Menerapkan
sistem demokrasi dalam pemerintahannya.
b.
Menghapus
pengultusan sultan yang dianggap suci oleh rakyatnya.
c.
Memasukkan
kurikulum umum ke dalam lembaga-lembaga pendidikan madrasah.
d.
Mendirikan
sekolah Maktebi Ma’arif yang mempersiapkan tenaga-tenaga administrasi, dan
Maktebi Ulum’i edebiyet yang mempersiapkan tenagatenaga ahli penerjemah.
e.
Mendirikan
sekolah kedokteran, militer dan teknik.
10. Muhammad Iqbal
Informasiuntukumum
- Muhammad Iqbal berasal dari keluarga golongan menengah di.Punjab dan lahir di
Sialkot pada tahun 1876. Untuk meneruskan studi ia kemudian pergi ke Lahore dan
belajar di sana sampai ia memperoleh gelar kesarjanaan M.A.
Di
kota itulah ia berkenalan dengan Thomas Arnold, seorang Orientalis, yang
menurut keterangan, mendorong pemuda Iqbal untuk melanjutkan studi di Inggris.
Pada tahun 1905, ia pergi ke negara ini dan masuk ke Universitas Cambridge
untuk mempelajari falsafat.
Dua
tahun kemudian, ia pindah ke Munich di Jerman, dan di sinilah ia memperoleh
gelar Ph.D. dalam tasawuf. Tesis doktoral yang diajukannya berjudul: The
Development of Metaphysics in Persia (Perkembangan Metafisika di Persia).
Pada
tahun 1908 ia berada kembali di Lahore dan di samping pekerjaannya sebagai
pengacara, ia menjadi dosen falsafat.
Bukunya
The Reconstruction of Retigious Thought in Islam adalah hasil ceramah-ceramah
yang diberikannya di beberapa universitas di India.
Kemudian,
ia memasuki bidang politik dan pada tahun 1930, ia dipilih menjadi Presiden
Liga Muslimin. Di dalam perundingan Meja Bundar di London, ia turut dua kali
mengambil bahagian.
Ia
juga menghadiri Konferensi Islam yang diadakan di Yerusalem. Pada tahun 1933,
ia diundang ke Afghanistan untuk membicarakan pembentukan Universitas Kabul.
Dalam usia 62 tahun, ia meninggal di tahun 1938.
Berbeda
dengan pembaharu-pembaharu lain, Muhammad Iqbal adalah penyair dan filosof.
Tetapi, pemikirannya mengenai kemunduran dan kemajuan umat Islam mempunyai
pengaruh pada gerakan pembaruan dalam Islam.
Pemikiran
Muhammad Iqbal tentang pembaruan Islam adalah sebagai berikut.
a.
Ijtihad
mempunyai kedudukan penting dalam pembaruan Islam dan pintu ijtihad tetap
terbuka.
b.
Umat
Islam perlu mengembangkan sikap dinamisme. Dalam syiarnya, ia mendorong umat
Islam untuk bergerak dan jangan tinggal diam.
c.
Kemunduran
umat Islam disebabkan oleh kebekuan dan kejumudan dalam berpikir.
d.
Hukum
Islam tidak bersifat statis, tetapi dapat berkembang sesuai perkembangan zaman.
e.
Umat
Islam harus menguasai sains dan teknologi yang dimiliki Barat.
f.
Perhatian
umat Islam terhadap zuhud menyebabkan kurangnya perhatian terhadap
masalah-masalah keduniaan dan sosial kemasyarakatan.
Belum ada tanggapan untuk "Nama-Nama Tokoh Yang Mempelopori Gerakan Dunia Islam"
Posting Komentar